Sabtu, 01 Oktober 2011

Benturan Antar Ideologi


Benturan Antar Ideologi:
Koreksi Terhadap Pendapat Fukuyama, Huntington, dan Tariq Ali
Barat melalui Fukuyama mengatakan bahwa peradaban sekarang yang dipimpin oleh Barat adalah akhir dari sejarah (Fukuyama, End of History). Pendapat Fukuyama dibantah oleh Huntington, bahwa sesungguhnya perbenturan antar peradaban antara Islam dan Barat akan terus terjadi dan tidak ada satupun yang menjamin bahwa Barat bukan merupakan akhir dari peradaban (Huntington, Clash of Cilvilization).
Pendapat Huntington yang mengkritik Fukuyama adalah tepat. Pendapat Huntington mengenai kekalahan Islam yang belum berlaku untuk selamanya tentu merupakan sebuah kebenaran, karena tidak ada satupun manusia pun yang dapat menjamin bahwa Ideologi Kapitalisme yang saat ini sedang memimpin adalah pemenang terakhir. Kehidupan dunia masih berlangsung dan kemungkinan bagi Islam untuk merebut kepemimpinan dunia masih terbuka. Namun pendapat Huntington mengenai benturan antara Barat dan Islam (Timur) tidaklah tepat karena pada faktanya ideologi Islam tidak hanya milik orang-orang Timur. Pada saat ini orang-orang Barat juga banyak yang memluk Islam sekaligus menganut ideologi Islam. Begitupun sebaliknya, banyak juga orang-orang Islam yang tidak menganut Islam sebagai ideologi, orang-orang Islam di Timur banyak yang memilih (menganut dan mempraktikan) kapitalisme atau sosialisme-komunisme sebagai ideologi yang mengatur kehidupannya.
Kemudian pendapat Huntington mengenai Benturan antar Peradaban dikoreksi oleh Tariq Ali. Ali mengatakan bahwa sebetulnya yang terjadi adalah benturan antar fundamentalis. Fundamentalisme memiliki arti penganut gerakan keagamaan yg bersifat kolot dan reaksioner yang selalu merasa perlu kembali ke ajaran agama yang asli, sebagaimana tersurat di dalam kitab suci. Menurut Ali yang terjadi adalah perbenturan antara orang-orang fundamentalis atau yang memegang teguh doktrin agama. Ali memandang Bush (Presiden Amerika sebelum Obama), Howard (PM Australia), dan Blair (PM Inggris) sebagai seorang fundamentalis Kristen yang ingin mengobarkan perang Salib kepada orang-orang fundamentalis Islam seperti Osama bin Ladden (Ali, Benturan Antar Fundamentalis).
Mengutip An Nabhani dalam kitab Nizhamul Islam bahwa pada intinya terdapat tiga ideologi di dunia, yaitu Kapitalisme, Sosialisme, dan Islam. Para penganut ideologi kapitalis dan komunis tidak bisa dikatakan sebagai fundamentalis agama tertentu, karena kedua ideologi tersebut secara langsung maupun tidak langsung menentang agama. Sejarah, kelahiran ideologi kapitalisme (sekulerisme, demokrasi, liberalisme) berawal dari pemisahan antara kehidupan agama dengan negara (sekulersime) sehingga tidak bisa dikatakan bahwa penganut ideologi kapitalisme merupakan seorang penganut taat atau fundamental dari suatu agama tertentu. Selain itu, ideologi kapitalisme menurut An Nabhani memiliki suatu asas yang dijadikan acuan segala tindakan (praktik) ideologi tersebut yaitu asas manfaat. Ideologi kapitalisme jelas bukan bersumber dari aturan (doktrin) suatu agama tertentu. Adapun Ideologi sosialisme-komunisme sudah tentu tidak bersumber dari doktrin agama, bahkan para penganut komunisme menentang eksistensi agama dalam hal apapun.
Dari ketiga ideologi tersebut, Ideologi Islam merupakan satu-satunya ideologi yang berasal (bersumber) dari suatu ajaran (doktrin) agama tertentu, yaitu agama Islam. Islam merupakan sebuah ideologi karena mencakup ide dan metode penerapan ide. Sebagian pendapat ada yang mengatakan bahwa Islam hanyalah sebuah agama dan bukan ideologi. Pendapat tersebut jelas menunjukkan adanya pemisahan dua unsur yang digagas oleh sekulerisme yaitu unsur  duniawi dan unsure akhirati. Unsur duniawi menganggap kehidupan dunia harus diatur berdasarkan aturan manusia, dan aturan akhirati yaitu ibadah barulah diatur berdasarkan ajaran agama.
Pada faktanya Islam memiliki kedua unsur yaitu aturan akhirati dan aturan yang mengatur urusan duniawi. Sehingga jelas bahwa Islam merupakan agama sekaligus ideologi (mabda). Mabda atau ideologi Islam bersumber dari sesuatu yang dipercaya (diimani), yaitu Al-Qur;an dan Sunah. Hal ini berbeda dengan ideologi kapitalisme dan komunisme yang tidak bersumber dari ajaran agama, bahkan mereka menentang ajaran agama, sehingga tidak bisa dikatakan seorang penganut ideologi kapitalisme dan komunisme merupakan seorang fundamentalis dari suatu agama tertentu.
Berdasarkan pengamatan terhadap ketiga ideologi tersebut, dapat kita simpulkan bahwa salah satu ideologi dianut berdasarkan fundamentalismenya terhadap doktrin agama, namun dua ideologi lainnya dianut tidak berdasarkan doktrin agama, bahkan menentang atau mengabaikan doktrin agama.
Redupnya sosialisme mengakibatkan pertarungan ideologi akan melibatkan Kapitalisme dengan Islam. Ideologi Islam berpangkal pada ajaran Islam karena Islam merupakan agama yang juga merupakan mabda (ideologi). Sedangkan Kapitalisme (dan juga Sosialisme) merupakan ideologi yang sama sekali tidak berangkat dari doktrin agama. Kesimpulannya adalah ini merupakan benturan antar ideologi, sebagian merupakan ideologi yang berangkat dari ajaran agama, sebagian lagi merupakan ideologi yang tidak bersumber dari agama. Selain itu para penganut ketiga ideologi tersebut (Kapitalisme, Sosialisme-Komunisme, dan Islam) tidak tersekat oleh “Timur” atau “Barat” tetapi para penganut ketiga ideologi tersebut tersebar di seluruh dunia. Jadi, benturan antar ideologi terjadi di seluruh bagian dunia baik Timur (Islam) dan Barat, namun secara kebetulan Barat pada saat ini merupakan pusat ideologi Kapitalisme yang sedang menguasai dunia sehingga Huntington menyebut ideologi Kapitalisme dengan istilah peradaban Barat. Padahal penyebutan semacam ini adalah kurang tepat, karena pada intinya yang saling berbenturan adalah ideologi.
Penggantian istilah peradaban Barat dengan Ideologi kapitalisme dan penyebutan benturan antar peradaban dengan benturan antar ideologi sangat penting, mengingat Islam sendiri sebagai salah satu ideologi yang terlibat dalam perbenturan tidak memandang perbedaan berdasarkan wilayah atau warna kulit (Ras) tetapi Islam membedakan manusia berdasarkan ketakwaannya, termasuk ketaatannya pada ideologi (mabda) tertentu. 
Al Jiwantaqi Aden

Tidak ada komentar:

Posting Komentar